Bunga
“Bunga”
Pagi ini aku membuka mata
Dan mulai bertanya-tanya
Semuanya selalu sama setiap harinya
Kekosongan akan cinta
Bunga…
Sepertinya hanya fatamorgana
Dalam hati nan fana
Tapi, kenapa begitu nyata?
Sebatang bunga yang menyesakkan hati
Wajarkah aku bahagia?
Padahal hanya durinya yang terasa nyata?
Yang terus menusuk dinding hati berkali-kali
Memeluk asa
berharap semua ini nyata
Sampai menyakiti jiwa
Tapi hangatnya menyelimuti raga
Tak apa walau hanya duri yang aku rasa
Bunga akan layu tanpa air bukan?
Hati berdarah, dan air mata menetes memenuhi sukma
Cukup untuk menjaga Bunga, dan duri ini tetap hidup di dalam hati walau menyakiti
Pagi ini aku membuka mata, sama saja seperti hari sebelumnya, dan aku mulai bertanya-tanya “kenapa semuanya selalu sama setiap harinya?” seperti hidup dalam kurungan putus asa. Ya, sama selalu kosong akan cinta, benar-benar kosong, seperti melihat langit tanpa bintang… Sangat hampa.
“Bunga…” selalu terbayang di pikiranku atau sepertinya ia menghantuiku. Ahh sepertinya hanya fatamorgana, pantulan ilusi dari langit yang membias dalam hati nan fana. “Bunga!, bunga!!, dan bunga!!!” selalu saja menghantuiku!, tidak hanya mengelabui mata, tapi kenapa begitu nyata di dalam hati?
Ini bunga, sebatang bunga, HANYA sebatang yang menyesakkan hati. Hahahaha… Setidaknya hatiku tidak hampa lagi, wajarkah aku bahagia?, dan haruskah aku bersyukur?. Padahal hanya durinya yang terasa nyata, sangat nyata! Yang terus menusuk dinding hati berkali-kali
Aku disini di ruang hampa tanpa cahaya, aku hanya bisa memeluk asa lalu berharap bahwa semua ini nyata. Aku tau, ini konyol… Menyakitkan tapi kenapa ingin semua ini menjadi nyata?, tidak ada kesalahan!, duri-duri ini telah mencabik-cabik hati sampai menyakiti jiwa!, tapi hangatnya menyelimuti raga. Kehangatan di ruang hampa tanpa cahaya cukup bagus
Tak apa walau hanya duri yang aku rasa. Kamu tahu, Bunga akan layu tanpa air bukan?, bunga menggantung hidupnya pada air meskipun hanya setetes. Hati berdarah, dan air mata menetes memenuhi sukma. Cukup untuk menjaga Bunga, dan duri ini tetap hidup di dalam hati walau menyakiti, tetapi aku bahagia dengan keindahannya serta hangat yang menyelimuti raga
Pagi ini aku membuka mata
Dan mulai bertanya-tanya
Semuanya selalu sama setiap harinya
Kekosongan akan cinta
Bunga…
Sepertinya hanya fatamorgana
Dalam hati nan fana
Tapi, kenapa begitu nyata?
Sebatang bunga yang menyesakkan hati
Wajarkah aku bahagia?
Padahal hanya durinya yang terasa nyata?
Yang terus menusuk dinding hati berkali-kali
Memeluk asa
berharap semua ini nyata
Sampai menyakiti jiwa
Tapi hangatnya menyelimuti raga
Tak apa walau hanya duri yang aku rasa
Bunga akan layu tanpa air bukan?
Hati berdarah, dan air mata menetes memenuhi sukma
Cukup untuk menjaga Bunga, dan duri ini tetap hidup di dalam hati walau menyakiti
Pagi ini aku membuka mata, sama saja seperti hari sebelumnya, dan aku mulai bertanya-tanya “kenapa semuanya selalu sama setiap harinya?” seperti hidup dalam kurungan putus asa. Ya, sama selalu kosong akan cinta, benar-benar kosong, seperti melihat langit tanpa bintang… Sangat hampa.
“Bunga…” selalu terbayang di pikiranku atau sepertinya ia menghantuiku. Ahh sepertinya hanya fatamorgana, pantulan ilusi dari langit yang membias dalam hati nan fana. “Bunga!, bunga!!, dan bunga!!!” selalu saja menghantuiku!, tidak hanya mengelabui mata, tapi kenapa begitu nyata di dalam hati?
Ini bunga, sebatang bunga, HANYA sebatang yang menyesakkan hati. Hahahaha… Setidaknya hatiku tidak hampa lagi, wajarkah aku bahagia?, dan haruskah aku bersyukur?. Padahal hanya durinya yang terasa nyata, sangat nyata! Yang terus menusuk dinding hati berkali-kali
Aku disini di ruang hampa tanpa cahaya, aku hanya bisa memeluk asa lalu berharap bahwa semua ini nyata. Aku tau, ini konyol… Menyakitkan tapi kenapa ingin semua ini menjadi nyata?, tidak ada kesalahan!, duri-duri ini telah mencabik-cabik hati sampai menyakiti jiwa!, tapi hangatnya menyelimuti raga. Kehangatan di ruang hampa tanpa cahaya cukup bagus
Tak apa walau hanya duri yang aku rasa. Kamu tahu, Bunga akan layu tanpa air bukan?, bunga menggantung hidupnya pada air meskipun hanya setetes. Hati berdarah, dan air mata menetes memenuhi sukma. Cukup untuk menjaga Bunga, dan duri ini tetap hidup di dalam hati walau menyakiti, tetapi aku bahagia dengan keindahannya serta hangat yang menyelimuti raga
Komentar
Posting Komentar